Kehidupan Malam di Kota Megapolitan Jakarta (Bagian 1)

0 komentar

 
Pantai Marina Ancol Tempat Mojok Paling Asyik 

foto : budi/linggau pos
RAMAI : Sejumlah pengunjung sedang bermain di Pantai Marina Ancol Jakarta, Jumat (23/4) malam. Meski malam hari kawasan Ancol tetap ramai didatangi warga yang haus hiburan.

Kehidupan malam di kota Megapolitan Jakarta memiliki cerita tersendiri. Selama dua malam (23-24/4) berturut-turut wartawan koran ini melihat dan merasakan denyut kehidupan malam di sejumlah tempat yang kerap didatangi masyarakat kota Betawi. Berikut bagian pertama dari dua tulisan. 

Budi Santoso, Jakarta 

JIKA Moamar Emka dengan gamblang mengulas kehidupan malam di Jakarta melalui bukunya bertitel “Jakarta Undercover” yang menghebohkan masyarakat beberapa tahun lalu, maka wartawan koran ini mencoba menelusuri kehidupan malam di sudut kota. Namun, tidak memotret secara detil kehidupan jetset di kota tersebut, tetapi lebih mengarah pada realitas di masyarakat sendiri. 

Ternyata sisi lain dunia malam di Jakarta memang mencengangkan. Apabila pada pagi hingga sore hari sejumlah kawasan seperti jalan Sudirman hingga Mangga Dua mengalami kemacetan arus lalu lintas, berbeda halnya pada malam hari. 

Sejumlah kawasan mulai pukul 19.30 WIB hingga dini hari berangsur tidak mengalami kemacetan. Kebetulan saya bersama teman, Nas, yang sudah lima tahun tinggal di Jakarta dengan mengendarai motor Honda, dapat dengan santai melintasi sejumlah kawasan yang setiap hari selalu macet. Target pertama kami adalah mendatangi kawasan hiburan Ancol di Jakarta Utara, akan didatangi, karena di sana dapat melihat indahnya Pantai Marina di malam hari. “Kita ke Ancol saja, di sana banyak yang bisa dilihat,” ajak Nas yang siap mengarahkan motornya ke kawasan Ancol. 

Sepanjang perjalanan Nas yang berperawakan sedang dengan kulit putih ini menjelaskan, setiap Sabtu malam, banyak sekali pengunjung datang ke kawasan Ancol. Karena di sana cukup banyak wahana hiburan dapat memikat hati pengunjung mulai dari 

Dunia Fantasi, gelanggang Samudra, atlantis Water Adventure. “Di sini ada pasar seni yang memamerkan hasil karya seniman, itu tempatnya,” tunjuk Nas yang mengarahkan telunjuknya di sebuah kios berbentuk memanjang. 
‘Sayang, saat itu hari sudah menunjukkan pukul 20.00 WIB hingga kios seni itu telah ditutup. Maka kami meneruskan perjalanan ke bagian dalam setelah membayar ongkos masuk sebesar Rp 15 ribu per orang ditambah ongkos motor Rp 11 ribu per motor. O ya meski malam sudah beranjak pengunjung Ancol bukannya sedikit tetapi tetap ramai didatangi masyarakat yang sepertinya haus akan hiburan malam. 

Di sisi kiri kanan jalan banyak sekali motor yang diparkir pemiliknya, dan juga mobil pribadi berjejer di pinggir jalan. 

Tidak jauh dari pintu masuk di arah kanal terdapat kapal wisata sejenis boat. “Kapal ini bisa membawa kita ke Kepulauan Seribu yang indah. Kita tinggal menyewa saja dapat berangkat ke sana,” ujar Nas sewaktu saya bertanya kemana kapal itu akan membawa penumpangnya. Setelah sempat berpose di galangan kapal tersebut, kami meneruskan perjalanan ke arah Pantai Marina yang masih berada di dalam komplek Ancol. Di pinggir jalan itu masih cukup banyak bapak dan ibu bersama anak-anaknya keluar dari arah pantai. 

Dari mana mereka itu? Rupanya mereka ini baru saja selesai berenang. Malam-malam berenang, pikir saya. “Apa mereka tidak sakit?” ternyata pertanyaan saya itu ditanggapi Nas, yang bekerja di kantor Pajak Tanjung Periok. “Kata orang-orang sih, kalau kita mandi air laut itu bagus untuk kulit. Mungkin saja bisa awet muda hehehe,” canda Nas, yang juga berasal dari Kota Lubuklinggau. 

Pantas saja di Pantai Marina saat jarum jam menunjukkan pukul 21.00 WIB setelah kami sempat berkeliling di kawasan sekitar pantai, masih banyak bapak-bapak, remaja, juga anak-anak yang mandi pada malam hari. Apa mereka tidak takut sakit? Auk ach hehehe. Emang gue pikiran, seloroh orang Jakarta yang katanya cuek dengan orang lain (Nah soal ini nanti dibahas di bagian berikutnya, red) 
Di kawasan Ancol juga ada hotel Mercure yang terkenal berdiri kokoh di dekat pantai. Serta sejumlah gerai makanan cepat saji juga rumah makan Bandar Jakarta ramai didatangi pengunjung. Kebanyakan yang datang ini keluarga atau pasangan yang lagi di mabuk cinta. Mereka ini, kata Nas, memilih Ancol karena tempatnya yang indah lengkap dengan pantai dengan desiran angin serta ombak yang bergulung-gulung. 

Setelah santap malam dengan makanan cepat saji, kami meneruskan perjalanan masuk ke arah galangan yang dibangun berbentuk melingkar. Kelihatan galangan itu berada di tengah laut. “Coba kita jalan ke sana. Banyak sekali pasangan yang mojok di dekat pagar,” ucap Nas memberitahu aktifitas asyik dari pasangan yang sedang di mabuk cinta. Setelah berjalan ke arah galangan tersebut, memang benar di setiap sudut pagar ada pria dan wanita tanpa risih menunjukkan kemesraan dengan (Maaf) saling peluk. Dan (Maaf lagi) mencium mesra bibir pasangannya. Mereka begitu intim tanpa mengindahkan ada rombongan orang tua bersama anak-anaknya melintas di depan mereka. Nampak hot dengan dalih ngobrol bersama diterpa angina sepoi-sepoi. 

Di dekat galangan itu juga ada warga yang memancing tak menyurutkan sejumlah remaja pamer kemesraan. Laiknya sebuah lagu, dunia milik berdua, yang lain ngontrak kali ya. “Inilah kehidupan di Jakarta, ada yang menganggap biasa saja. Mungkin mereka bilang ya namanya pacaran,” jelas Nas mengaku pernah datang ke sana beberapa kali bersama teman-temannya. Dan, lagi-lagi pemandangan it uterus dilihatnya. Wah hobi ngintip juga kamu Sob, hehehe. 
(Bersambung/Baca besok : Amoy Glodok mejeng di pinggir jalan untuk mencari lelaki hidung belang)

0 komentar:

Posting Komentar