foto : budi/linggau pos
Tari Gabyong dari Kecamatan Megang Sakti, Kabupaten Musi Rawas. Foto diabadikan beberapa waktu lalu.
Penari yang Ditengah-tengah Sebagai Panutan
Tari Gabyong memiliki makna mendalam bagi masyarakat yang tinggal di Dusun III Desa Megang Sakti, Kecamatan Megang Sakti, Kabupaten Musi Rawas. Karena tarian yang berasal dari Yogjakarta ini kerap ditampilkan pada acara resmi di desa yang sudah mengalami kemajuan di bidang pembangunan tersebut.
Budi Santoso, Megang Sakti
NAMA pria berusia 36 tahun ini adalah Rakim. Dia mengetahui cerita dari tari Gabyong ini. Ya, dengan lancar Rakim yang berperawakan sedang ini mau membagi cerita tentang tari dari Pulau Jawa, yang begitu eksotis saat ditampilkan dihadapan para penonton.
Penjelasan dari Rakim yang menjadi pengurus Sanggar Seni Lestari Budoyo Megang Sakti, membuka makna tentang tari Gabyong yang legendaris ini. Dari penuturan Rakim ternyata tarian ini termasuk tari dari Keraton Jogjakarta yang biasa ditampilkan sebagai ungkapan syukur atas keberhasilan dari seorang pemimpin dihadapan rakyatnya.
“Tarian itu namanya Gabyong yang maknanya untuk menyambut keberhasilan dari seorang pemimpin di suatu tempat. Tari ini istilahnya memiliki perasaan terharu pada sosok pimpinan yang semenetara ini dianggap berhasil atas pembangunan sudah dilaksanakan,” papar Rakim dengan suara yang terdengar bersemangat. Lalu ia pun menyebutkan bahwa tari ini memang dibawakan tiga orang perempuan dengan susunan, satu orang di bagian depan dan dua orang lainnya di bagian belakang. Para penari ini, sambung Rakim, biasanya diiringi pemain musik tradisional berupa gamelan Jawa.
“Ada tiga orang penari dengan filosofisnya adalah penari berada di tengah-tengah itu sebagai panutan, sementara di kanan dan kiri untuk pengawalnya. Penarinya ya memang perempuan,” papar Rakim membenarkan tarian ini berasal dari Jawa Tengah tepatnya Jogjakarta. Dan, ini merupakan tarian keratin dari Jawa.
Khusus di Kecamatan Megang Sakti ini memang tari semacam ini dilestarikan masyarakat, karena kebanyakan warga di kecamatan ini merupakan suku Jawa. Malah di sini, lanjut Rakim, ada tim khusus sudah dibentuk dengan nama Padijamura yang mengurus tari Gabyong. “Tim ini dibentuk sejak tahun 2001 lalu dengan difasilitasi Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Musi Rawas. Kita sendiri berharap dengan pembentukan tim semacam ini membuat seni tradisional dapat terus dilestarikan,” ujar Rakim minta masyarakat mendukung usaha pelestarian seni tari Jawa tersebut.
Sementara pertunjukan tari Gabyong di Kecamatan Megang Sakti sendiri tetap dipertunjukkan saat warga akan mengucapkan rasa syukur atas keberhasilan pembangunan di daerahnya. Atau ucapan terima kasih pada pihak yang sudah membantu masyarakat di sana dalam hal kesejahteraan untuk mereka. “Tari ini sering dipertunjukkan di Megang Sakti sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat atau ucapan terima kasih,” imbuh Rakim.
Soal durasi tarian tersebut, Rakim menyebutkan minimal tari Gabyong ditampilkan minimal setengah jam alias 30 menit dihadapan para penonton. “Durasi tarian Gabyong ini minimal ditampilkan setengah jam atau 30 menit diiringi gamelan Jawa. Kalau tarian aslinya memang dengan gamelan dengan catatan jika waktunya memadai kita pakai gamelan Jawa, tetapi karena waktunya sempit kita bawa rekaman saja berisikan lagu Jawa untuk mengiringi tari Gabyong,” jelas pria ini yang sudah lama tinggal di Megang Sakti.
Ia sendiri berharap dengan melestarikan seni budaya tradisional ini membuat masyarakat tetap ingat, dan ini menjadi tugas dari grup Lestari Budoyo diketahui Subianto yang berdiri sejak tahun 1999 silam.(*)
0 komentar:
Posting Komentar