Nama Yati Pesek Membawa Hoki

1 komentar

LUBUKLINGGAU-Pelawak terkenal Yati Pesek (58) dan Marwoto, tadi malam, menghibur masyarakat Desa F Trikoyo, Kecamatan Tugumulyo, dalam gelaran wayang kulit semalam suntuk memeriahkan hari jadi ke-67 Kabupaten Musi Rawas (Mura). 

 Sebagai entertainer sejati, Yati Pesek yang memiliki nama asli Suyati mengaku hidup dan matinya untuk berkesenian hingga hayat nanti. Wanita kelahiran 8 Agustus 1952 dikenal dengan tawa khasnya itu, mau berbagi cerita seputar kehidupan masa kecilnya, nyinden, main wayang orang, dan melawak, hingga main film. 

 Semua bakat itu dirasakan Yati Pesek yang asli Jogjakarta sebagai anugerah Tuhan untuk dirinya, termasuk hidungya yang pesek sebagai “identitas” yang membuat dirinya terkenal hingga ke pelosok Nusantara. 
Ibu lima anak ini tanpa sungkan mengaku kekurangannya yang tak memiliki wajah cantik, makin membuat dia mengagungkan diri sendiri? Apa maksud perkataan Yati Pesek yang bersuamikan pendalang itu? 
 Berikut obrolan santai wartawan Linggau Pos, Budi Santoso dengan Yati Pesek di Hotel Abadi Lubuklinggau, Kelurahan Watervang, Lubuklinggau Timur I, tadi malam. Petikannya : 

Halo apa kabarnya? 
 Alhamdulillah, sehat saja mas. 

Bagaimana ceritanya anda bisa nyemplung di bidang seni?  
 Saya ini pada usia 7 tahun tinggal di Semarang. Waktu itu bapak dan ibu sering main wayang orang. Saya ya ikut orang tua, dan senang juga bisa terlibat main wayang orang. Biasanya pada pagi hari, saya mendapatkan teori main wayang orang, dan siangnya dipraktekkan. Pada malamnya langsung tampil di pentas.

Sebenarnya apa cita-cita anda?  
 Kalau cita-cita setinggi langit nggak juga sih. Saya sih pengen jadi pegawai saja. Atau kalau bisa jadi Presiden hahahaha… (Tawa khas Yati Pesek yang mengenakan kebaya warna biru, meledak). Tapi berhubung bapak ibu juga kakek dan nenek itu seniman, ya saya melanjutkan kiprah mereka menjadi seniman sampai sekarang.  

Pernah ikut lomba lawak tidak? 
 Wah saya nggak ikut lomba. Nggak pernah lomba. Yang jelas saya itu orangnya senang bermain apa saja, mulai dari ketoprak, wayang orang, lawak, sinden. Saya bisa kok. Saya hanya belajar secara otodidak. 

Jadi, pendidikan anda sampai mana?  
 Oh saya ini nggak sekolah. Bapak dan ibu waktu itu meninggal dunia, jadi saya yatim piatu hingga hidup sendiri.

Ngomong-ngomong nama asli anda siapa?  
Suyati. 

Kok berubah jadi aneh namanya? 
 Ya ini (Sambil menunjuk hidungnya yang (Maaf) pesek) mungkin sebagai identitas dari Allah SWT. Karena identitas sudah diberikan kepada saya, maka saya tinggal menyalurkan (Di bidang seni) saja. Saya nggak risih memakai nama Yati Pesek, karena nama saya itu membawa hoki buat saya loh (Ucap Yati Pesek sambil tersenyum penuh percaya diri). 

Anda juga bermain film dan sinetron? 
 Benar sekali. Aduh sudah banyak sekali saya terlibat di film. Malah saya saja nggak sempat nonton film apa yang mas sebutkan tadi (Saya menyebutkan film Wakil Rakyat produksi tahun 2009, dibintangi Tora Sudiro di mana Yati Pesek berperan sebagai dukun beranak), saya nggak sempat nonton filmnya. Saya hanya dengar saja kalau filmnya sudah tayang di bioskop. Kalau saya ini memang sudah banyak sekali terlibat dalam film layar lebar. Begitu juga dengan sinetron, juga banyak. 

Kok anda kalau bermain film selalu menjadi orang miskin? 
 Ya begini saya ini. seandainya peran saya jadi wanita cantik itu nggak mungkin hahaha. Karena modal untuk cantik itu kurang hahahaha. Tapi soal pekerjaan di film atau sinetron saya menjalankan arahan sutradara dengan baik loh. 
 Jika ada tugas dari sutradara saya mesti memerankan tokoh apa ya saya akan acting dengan sebaik mungkin dan akan saya kerjakan tugas itu dengan baik. Jika di film itu saja diplot jadi orang gila atau apa, maka saya akan berakting dengan total. 

Tapi anda termasuk pelawak yang punya ciri khas tersendiri?  
 Ya, kalau dikatakan ciri khas gimana ya? Saya juga mengagungkan diri saya sendiri kok. Maksudnya saya ini memang bersyukur atas apa yang saya dapatkan, hingga saya mampu menghargai diri sendiri.  

Usia anda hampir 60 tahun, tapi masih awet muda? Apa saja resepnya bisa terus berpenampilan ceria? 
 Umur saya memang hampir 60 tahun, ya itulah saya ini hanya dableg saja mas. Artinya kita nggak perlu membebani hidup dengan berbagai masalah. Saya ini orangnya nggak mau menyimpan masalah-masalah. Sehingga problem yang saya alami itu agak menjadi berkurang, dan hidup terasa lebih indah (Ucap Yati Pesek tanpa niat melucu). 

Bagaimana dengan keluarga anda? 
 Dalam karier, suami saya sangat mendukung. Namanya Pak Maryo yang juga seorang dalang. Saya ini memiliki lima orang anak, sekarang tinggal 3 orang, yang 2 orang sudah meninggal dunia. (Kata Yati Pesek sambil melirik suami tercinta yang berada tidak jauh dari dirinya). 

Apa anda ingin terus menjadi seniman? 
 Mungkin sampai akhir hayat saya tetap akan mengabdikan diri di bidang seni ini.

Kesannya dengan Kota Lubuklinggau dan Kabupaten Mura?
 Saya senang sekali bisa datang ke sini. Apalagi di Kabupaten Mura banyak sekali orang-orang keturunan Jawa. Dan, orangnya di sini cepat akrab. Jadi saya merasa nggak ada masalah. Seolah-olah saya ini nggak asing berada di sini. Saya merasa seperti di rumah sendiri. Nanti saat tampil saya akan melawak. Kemungkinan lawakannya spontan. 

Apa aktifitas anda sekarang? 
 Disamping main ketroprak, kita juga sekarang bikin wayang orang. Suami saya juga sekarang sedang mengumpulkan dalang-dalang di Padepokan kami di Jawa Tengah. 

Ngomong-ngomong apa makanan favorit anda? 
 Saya ini asli Jogjakarta. Tapi saya paling hobi makan sambal terasi. Saya sudah bawa sambal itu dan sudah menyantapnya tadi sama ikan asin. Kalau buah-buahan di sini katanya ada buah Durian, saya belum mencicipinya. (*) 

1 komentar:

Adam Dance Company says:
18 Mei 2010 pukul 06.34

Pernyataan yang tulus dari seorang Yati Pesek , yg ku kenal semasa diJogyakarta,tak pernah lekang oleh waktu, tawa membuatnya terkenal dan orang lain terhibur. Seneng punya Bupati yg mau datangi seniman berkelas kedaerah kita, ttp menghargai & membuka akses bg seniman luar, ciri khas masyarakat & pemerintahan yg mau eksis dan maju,kapan lagi????Maju terus bagi seniman Musi Rawas, ttp berdikari dan nguri nguri kebudayaan Jawa.Salam by.Mas Adhi

Posting Komentar