BANDAR LAMPUNG- Setelah perpanjangan waktu dari jadwal semula, lomba cipta cerpen Krakatau Award 2010 diadakan Dewan Kesenian Lampung akhirnya menetapkan cerpen “Taman Pohon Ibu” karya Benny Arnas dari Kota Lubuklinggau menjadi juara pertama.
Ketua Umum Dewan Kesenian Lampung, Hj. Syafariah Widianti, yang biasa disapa Atu Ayi, menjelaskan, lomba cipta cerpen tahun ini sungguh menggembirakan. Agenda tahunan DKL berskala nasional itu masih menarik animo pelaku dan penikmat sastra. Peserta berasal dari berbagai kota dan Propinsi di tanah air. “Dari Aceh hingga Sulawesi, inilah yang menggembirakan kami.,” jelasnya dalam siaran pers, kemarin (29/9).
Dia juga menjelaskan, even Krakatau Award merupakan upaya pihaknya melakukan kolaborasi sastra dengan budaya dan pariwisata. “Secara tidak langsung, peserta mencari dan mengeksplorasi khazanah sosial budaya dan pariwisata di Lampung untuk dituangkan dalam karya sastra. ”
Hal senada diakui Koordinator Krakatau Award 2010, Isbedy Stiawan ZS. Dikatakannya, perpanjangan pengiriman naskah itu disebabkan niat DKL untuk menyatukan kegiatan ini dengan Lampung Arts Festival (LAF).
“Mudah-mudahan, pemenangnya bisa diundang ke even LAF dalam waktu dekat ini. Pemenang akan kami kontak lagi jika sudah dijadwalkan,” ujar Isbedy.
Krakatau Award 2010 diikuiti 117 peserta dan 145 naskah. Mayoritas pesertanya berasal dari Sumatera dan Jawa, sementara segelintir saja dari Sulawesi dan Kalimantan. Isbedy mengatakan, bagi pemenang I-IV akan mendapatkan uang tunai.
Sementara dewan juri terdiri dari Kurnia Effendi, Oyos Saroso HN, dan Arman AZ ada rapat Selasa (28/9) malam, juga memutuskan juara II-IV, yaitu “Sulaiman Pergi ke Tanjung Cina” (Hanna Fransisca, Jakarta), “Perjumpaan Misterius di Lereng Pesagi” (M. Harya Ramdhoni J, Lampung) dan “Cerita Lelaki di balik Pigura” (Alexander GB, Lampung).
Dewan juri juga memilih 6 cerpen nominasi non-ranking, yaitu “Sisa Abu Hari Ini” (M. Yudistira Kusuma, Jakarta), “Kelapa Kupung” (M. Amin, Lampung), “Menunggu Musim Kupu-kupu” (Nur Hadi, Jateng), “Puan Taman” (Alexander GB, Lampung) “Pewaris Tanah tak Bertuan” (Ni Luh Pik Parwati, Bali) dan “Perawan Bukit Kulut” (M. Harya Ramdhoni, Lampung)
Menurut juri, tema-tema yang ditawarkan peserta Krakatau Award cukup beragam, seperti krisis identitas warga pendatang, problematika sosial masyarakat, dan akulturasi budaya. Sejumlah cerpen berhasil mengangkat gagasan berlatar sejarah yang digarap dengan mengalir. Ada yang berupaya surealis dan simbolik. Beberapa cerpen lain berkehendak menjejalkan ihwal-ihwal tentang Lampung dalam cerpennya hingga cenderung berlebihan. Masih banyak juga yang memasukkan idiom-idiom atau unsur lokal Lampung sebagai tempelan.(Budi/Rls)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar