Trik Raja Tanjung Sakti Menundukkan Raja Palembang
Tari Turak (Senjata) menyimpan kisah Raja Tanjung Sakti dengan Raja Palembang yang bermusuhan. Sampai akhirnya, Raja Tanjung Sakti mampu mengalahkan seterunya menggunakan Turak. Berikut cerita tarian ini seperti dituturkan Husni Thamrin, pimpinan Sanggar Serumpun STL Ulu Terawas.
Budi Santoso, STL Ulu Terawas
“Saudara-saudara inilah tari Turak!” Suara Husni Thamrin terdengar dari atas panggung. Di lapangan itu enam orang penari perempuan menari dengan lincahnya. Penonton menyimak tarian tersebut dengan seksama dari bawah tenda yang melindungi mereka dari air hujan. Para penari yang mengenakan kebaya warna kuning, tetap menarik dengan baik sesuai irama musik tradisional.
Di sela-sela suara musik tradisional dengan lancar Husni Thamrin memaparkan kisah tarian Turak. Ia mulai menyebutkan bahwa tari Turak mengisahkan dua kerajaan kecil yang sedang berseteru sampai akhirnya bermusuhan. Mereka yang bermasalah adalah Raja Palembang dengan Raja Tanjung Sakti. Konon, pada suatu saat Raja Palembang menyisiri Sungai Musi hingga masuk ke Sungai Lakitan, dan singgah di dusun Tanjung Sakti.
“Rombongan Raja Palembang yang pertama untuk berdagang rempah-rempah dan hasil pertanian di daerah Tanjung Sakti. Kita juga mesti tahu kalau Tanjung Sakti itu adalah nama dusun sebelum diberi nama dusun Terawas,” papar pria bertubuh sedang ini. Namun, Husni Thamrin tak menyebutkan siapa nama Raja Palembang juga tahun kejadian. Kisah ini sudah berlangsung cukup lama disampaikan dari mulut ke mulut oleh masyarakat di STL Ulu Terawas.
Lalu, Husni Thamrin menyatakan bahwa Terawas itu berasal dari kata “Awas” yang ditambah dengan kata awalan “Ter” hingga disebut seperti sekarang ini menjadi nama “Terawas”. Nama ini sendiri memiliki nilai historis sendiri bagi masyarakat yang tinggal di Bumi Seundak Seabe tersebut.
Husni Thamrin meneruskan kisahnya setelah melihat geografi dari Dusun Tanjung Sakti ternyata memiliki potensi cukup besar, mulai untuk usaha, tani, dan berkebun hingga membuat Raja Palembang berniat untuk menjajah daerah tersebut. Untungnya para penghuni Dusun Tanjung Sakti tahu niat tak baik dari Raja Palembang tersebut hingga mereka mulai waspada.
Mulai lah para tokoh masyarakat mengatur siasat untuk mengadakan perlawanan. Raja Dusun Tanjung Sakti dipimpin oleh Moneng Sedayu dibantu Moneng Rantau Alai, Moneng Morebal, dan Moneng Rantau Benar mengatur cara untuk mengadakan perlawanan terhadap Raja Palembang. Cara diambil juga cukup cerdik dengan menyiapkan dayang-dayang dan putri cantik untuk menari menyambut kedatangan Raja Palembang dengan tari Turak.
“Sengaja Raja Dusun Tanjung Sakti itu menyuguhkan tarian Turak ke hadapan Raja Palembang, dan saat menyaksikan tarian tersebut membuat Raja Palembang merasa senang. Dia sampai terlena melihat putri yang cantik jelita dengan gerakan nan lemah gemulai menari. Ditambah lagi para penari itu tersenyum dengan menawan sambil menghadap kepada Raja Palembang,” papar Husni Thamrin yang tinggal di Kelurahan Terawas.
Nah, saat Raja Palembang itu lengah, maka Turak itu digoncang-goncangkan supaya pasir dan air cabe menyatu. Setelah itu penari mulai membuka sumbatnya lalu diputar disemburkan ke arah Raja Palembang. “Sampai akhirnya Raja Palembang kehilangan penglihatannya karena terkena pasir dan air cabe. Kemudian dengan mudah memakai alat seadanya, Raja Tanjung Sakti dapat mengalahkan musuhnya Raja Palembang,” ungkap Husni Thamrin menyebutkan tari Turak tetap dipertahankan, karena sudah menjadi seni tari yang merakyat di STL Ulu Terawas.
Usai acara pembukaan itu, Husni Thamrin menjelaskan pihaknya sudah menghimpun para penari dalam sanggar yang memang mengkhususkan diri untuk melestarikan budaya tradisional. Sanggar tari Serumpun ini sudah berdiri sejak 1992 mengajak para generasi muda untuk menyenangi budaya asli daerah.
“Para penari ini kebanyakan anak muda yang ada di STL Ulu Terawas, dan kita membinanya agar mereka dapat menari dengan baik. Para penari itu sudah kita latih dengan baik di sanggar oleh dua orang pelatih yaitu Lilian dan Dawi,” jelas pria asli Terawas ini. Sanggar tari ini sendiri sudah berusaha melestarikan budaya lokal karena memang sudah menjadi ciri khas dari kecamatan STL Ulu Terawas.
Untuk penari ini ada 6 hingga 8 orang gadis remaja siap membawakan tari Turak dihadapan para penonton. Keserasian serta keluwesan penari saat tampil di panggung itu memang enak dipandang. Soalnya mereka sudah melalui latihan yang intensif. Sehingga para dara itu tak merasa canggung lagi saat membawakan tari Turak tersebut(*)


0 komentar:
Posting Komentar