Menelusuri Makna Tari Gabyong (Bagian 1)

1 komentar

FOTO : BUDI SANTOSO/LINGGAU POS
MEMESONA : Penari Gabyong sedang membawakan tarian dengan indahnya hingga memesona mata penonton di Desa Megang Sakti V Kecamatan Megang Sakti, Rabu (17/3).


Terkesima, Mata Penonton Tak Berkedip
Tari tradisional dari Jawa memang memukau. Tak dapat dipungkiri seperti tari Gabyong yang dipertunjukkan saat acara resmi kunjungan Bupati Musi Rawas, Ridwan Mukti ke Desa Megang Sakti, Kecamatan Megang Sakti, Rabu (17/3) dalam rangka meresmikan Madrasah Ibtidaiyah (MI) dan PAUD di sana. Berikut laporannya.
Budi Santoso, Megang Sakti
RATUSAN masyarakat sudah memenuhi lapangan yang luas berada di bagian dalam Desa Megang Sakti V atau kerap disebut Kebun Kulim. Kendati sinar Matahari menyengat kulit karena saat itu jarum jam menunjukkan pukul 12.30 WIB tak membuat warga, mulai anak-anak, remaja, hingga bapak dan ibu-ibu meninggalkan arena. Mereka menunggu sampai orang nomor satu di “Bumi Lan Serasan Sekentenan” itu datang ke sana.
Sampai tibalah sang Bupati disambut hangat para pelajar dan masyarakat berbaris menyemut hingga mendekat ke tenda utama. Suara riuh tak dapat diungkapkan lagi karena dari arah timur terdengar suara organ tunggal menyambut kedatangan Bupati. Selang tak berapa lama setelah Bupati dan pejabat itu duduk manis di atas kursi sudah disiapkan panitia, maka dimulai acara tersebut. Pemandu acara pun membuka dengan sapaan salam dilanjutkan dengan penampilan perdana dari tiga orang penari perempuan yang mengenakan busana berwarna merah.
“Para hadirin yang berbahagia kita sambut tari Gabyong dari Desa Megang Sakti V. Silahkan menyaksikan,” ujar pemandu acara laki-laki dari atas pentas. Mata para penonton tertuju ke arah tengah lapangan sudah disiapkan terpal warna biru menjadi tempat tiga orang penari membawakan tariannya. Suara penyanyi dengan bahasa Jawa berasal dari kaset itu mengiringi penari tersebut dengan lentiknya membawakan tari Gabyong. Tiga orang penari itu sendiri dengan luwes menggerakan tubuh mereka mengikuti irama.
Dan, tanpa disadari ada tempat untuk sawer dipegang seorang anak kecil diarahkan ke pejabat. Sama seperti acara seremoni di sejumlah kecamatan membuat para pejabat ini menyisihkan uangnya untuk sawer tersebut. Sementara para penari tadi dengan senyum menawan terus menari diiringi suara penyanyi berbahasa Jawa.
Sejumlah penonton mengaku senang menyaksikan tarian semacam ini. Sebab,tari tradisional dari Jawa ini memiliki arti tersendiri sehingga dapat penonton meresapi setiap gerakan tarian ini.
“Saya suka tari tradisional seperti tari Gabyong karena tari semacam ini memang menarik untuk disaksikan. Tari ini sendiri memang sangat indah untuk dipertunjukan dihadapan penonton,” ujar Mar, seorang penonton, kemarin. Ia pun mengalihkan pandangan matanya ke tempat para penari tersebut, tatapan penuh makna karena merasa senang bisa menyaksikan tarian tersebut dari lebih dekat.
Di bawah tenda utama kelihatan Bupati juga pejabat memerhatikan setiap gerakan tarian dari tiga perempuan, yang rambutnya disasak tinggi, serta berdecak kagum melihat kelenturan tubuh mereka menari dengan indahnya. (Baca besok : makna dari tari Gabyong dibawakan para penari tersebut/Bersambung)

1 komentar:

Adam Dance Company says:
23 Juni 2010 pukul 09.05

Maaf mas, mgkn salah tulis nama tari yang dimaksud. Kalau tidak salah namanya TARI GAMBYONG, asal tari dari Solo, Jawa Tengah, yaitu merupakan tari penyambutan tamu,tx

Posting Komentar